Perempuan Senja itu masih duduk di bangku sebuah Boulevard. Menikmati desir angin dan cahaya mentari yang menguning. Saya biasa menggumamkan dirinya dengan Senja. Karena setiap senja, perempuan mungil itu selalu ada ditempatnya.

“Namanya Imey,”
“Bukan. Bukan Imey. Siapa Imey? Dia Senja,”
“Namanya Imey, bang!,”

Saya tatap mata kawan perempuan saya. Cukup dengan tatapan mata yang mulai merintih. Tatapan yang tak lagi mampu melihat dengan sorot sempurna. Imey, Senja atau siapa lah, bukan jadi satu masalah berarti bagiku.

Senja. Ya Senja. Perempuan Senja itu sosoknya mencuri hatiku. Mengingatkanku akan perempuan yang saya kenal beberapa tahun silam. Saya sering mencuri pandang dari tempat saya berdiri saat ini. Jarak 15 meter, cukup bagiku untuk melihat aktifitas perempuan senja.

Sebungkus dunhill light menthol dan kertas putih (entah apa tulisannya, mungkin copy e-book yang ia unduh dari internet) selalu setia menyertainya. Senja, Ya Senja. Perempuan Senja yang membuat hatiku mengharu biru itu, sosok perempuan yang cuek. Ia tak peduli pada pejalan kaki dengan tatapan-tatapan yang menelanjanginya.

Bahkan dengan lelaki-lelaki berdasi yang setiap kali merayunya. Menawarkan dingin ac mercy metalik untuk mengantarnya. Senja tak peduli. Karena saya tau, Senja sedang menanti.

“Boleh saya duduk disini,” kataku hati-hati.

Saya sudah tidak tahan. Sudah sepekan ini saya hanya bisa menatapnya. Saya hanya ingin mendengar desahnya. Saya mencoba untuk menawarinya sebuah kehangatan cengrama yang melebur. Sangat hati-hati.

Senja melongok. Menatapku lekat, lalu tersenyum. Itu senyum terindah yang pernah saya lihat dari seorang perempuan.

“Saya Blue,” tanganku mengulur
“Imey. Panggil aku Mey,”
“Bukan. Kamu Senja. Bolehkah saya panggil kamu Senja?”

Hanya ada anggukan kecil. Dengan senyum kecilnya, yang lagi-lagi membuatku luruh. Secepat itukah diriku luruh hanya dari sekali melihat senyumnya? Ahhh…

“Siapa yang kau nanti,”
“Kamu. Kamu Blue. Kamu yang saya nanti selama ini,”

Saya tercekat.

Lalu lamat-lamat terdengar Steven Curtis Chapman mendendangkan I’ll Take Care of You.

I’ll take care of you, Don’t be sad, don’t be blue
I’ll never break your heart in two, I’ll take care of you
I’ll kiss your tears away, I’ll end your lonely days
All that I’m really tryin’ to say, Is I’ll take care of you

*Dan dalam temaram senja, aku mendekapnya.